GROSIR PULSA ELEKTRIC MULTI OPERATOR TERMURAH DAN TERPERCAYA, BUKTIKAN SENDIRI

Strategi Memenangkan Obyek Dakwah


  1. Hari ini, kita menghadapi psikologi masyarakat menjadi emosional dan interaktif, karena dipicu oleh TI semisal internet dan handphone. Dengan TI tersebut masyarakat mudah mengakses ragam informasi, menyalurkan aspirasi dan berkomunikasi. Sekarang bahkan muncul istilah curhat. (data survey siemens…?). Karenanya dibalik pesan rasional (materi dakwah) juga harus ada sentuhan emosionalnya (cinta). TIPS? Pelajari apa yang bisa menyentuh emosi mad’u, Gunakan TI untuk mengakomodir emosi; pastikan kita telah menggunakan ragam media yang menyentuh emosi, Gunakan media silaturrahmi, Jangan lupa tampilan semisal muslim identity dan seterusnya.
  2. Membuat simpati adalah jalan untuk memasukkan materi dakwah yang rasional. Bidik hati sebelum logika. Antara lain adalah dengan membuat senang dan senyum dulu. Juga, dengan merangsang otak kanannya.
  3. Mencoba menjaring kebutuhan mad’u dengan melakukan menerawangan dan mengandaikan dirinya sebagai mad’u. Ini antara lain dengan melakukan rekontruksi perilaku mad’u. Disini diperlukan multi disiplin ilmu, dan bukan semata-mata riset kwantitatif. Bisa juga dengan sharing berdasarkan tajribah beberapa kawan di berbagai wilayah dan segmen dakwah.
  4. Insting menjadi sangat penting, karena banyak tajribah sebuah usaha sukses misalnya, ternyata bukan dari hasil interpretasi riset, melainkan insting. Karena insting adalah jenis penghayan tingkat tinggi seseorang. Kita bisa mulai menanyakan dalam diri kita, “Adakah dakwah di hatimu” karena ini bisa menjadi modal kuat. Tips: Miliki helikopter view biar bisa melihat mad’u dari ketinggian; Interpretasi data riset penting tapi gunakan juga mad’u inside dan insting; Agar insting tajam maka selain membaca riset (laporan), juga harus turun ke lapangan.
  5. Proaktif bukan reaktif. Menghadapi masyarakat yang lebih emosional, kita tidak bisa hanya reaktif tapi harus proaktif. Antara lain dengan selalu berfikir, “bagaimana jika mad’u diberi service semacam ini”?. Maka, kita harus jeli terhadap gejala kecil, jangan membakukan sebuah pola lama (siap dengan perubahan teknis bukan ideologi) dan selalu kreatif menciptakan cara-cara baru.
  6. Kharisma itu penting, dalam merebut kepercayaan masyarakat. Ini bisa dibangun sekurang-kurangnya dalam dua hal; kredibilitas ilmu dan keteladanan. Kejujuran dan pembuktian dalam amal adalah magnet kuat bagi lahirnya kepercayaan.
  7. Masyarakat yang emosional lebih memerlukan empati (senang jika didengarkan dan sejenisnya).
  8. Pelibatan mad’u dalam proses (sebuah proyek amal misalnya) akan melahirkan loyalitas. Ibarat seorang ibu yang cinta terhadap anak yang ia lahirkan, maka mengajak mereka melahirkan program bisa membuat mereka sangat cinta seperti anaknya sendiri. Pelibatan bisa berupa meminta saran, dukungan moril, dukungan finansial, juga tenaga.
  9. Segmentasi sekarang menjadi lebih luas (dinamis) bukan hanya berbasis umur dan demografi tapi juga hal-hal yang emosional yang berbasis lifestyle. Maka perlu ada ragam media pengepungan untuk berbagai segmen obyek dakwah. Hingga tercipta ruang yang luas, beragam, dan semua (apapun basis profesinya) bisa terlibat dalam amal dakwah.
  10. Differensiasi itu mendasar, dan ini bisa didasarkan pada “kemampuan” yang kita miliki. Yang harus dicatat, ketika kita sudah menetapkan differensiasi maka sesungguhnya kita sudah bikin janji kepada customer yang harus ditepati.
  11. Konten adalah basis (syarat masuk lapangan) sementara kontek adalah syarat untuk memenangkan. Jika kita tidak bisa berdeda dengan kompetitor di konten maka harus di konteks. Syukur bisa keduanya. Jika Anda bisa bikin perbedaan di kontens maka langkah yang bisa Anda ambil adalah membikin perpedaan di personal dan infrastruktur dan juga teknologi, juga pinggir-pinggir (hawamisy) marketting.